Senin, 11 Mei 2015

KEBUDAYAAN DAERAH JAWA TENGAH BERKAITAN DENGAN NILAI-NILAI PANCASILA



TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA
“KEBUDAYAAN DAERAH JAWA TENGAH BERKAITAN DENGAN NILAI-NILAI PANCASILA”


Disusun :
1.     Satrio Dwi Prabowo    (1425010001)
2.     Ramadhan Wahyu.D  (1425010006)
3.     Zeinal Arifin                (1425010027)
4.     Fahmi Furqoni            (1425010013)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2014
DAFTAR ISI
KATA  PENGANTAR..........................................................................................................         3
DAFTAR  ISI........................................................................................................................         2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................         4
1.1     Latar belakang...........................................................................................................         4
1.2     Rumusan masalah.....................................................................................................         5
1.3     Tujuan penulisan.......................................................................................................         5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................         6
2.1     Budaya Pesta Lomban di Jawa Tengah....................................................................         6
2.2     Nilai-nilai Pancasila yang Terkandung.......................................................................         11
BAB III PENUTUP...............................................................................................................         13
3.1     Kesimpulan...............................................................................................................         13
3.2     Saran.........................................................................................................................         14
DAFTAR PUSTAKA




KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulisan panjatkan kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulisan tentang kebudayaan “JAWA TENGAH” yang berkaitan dengan nilai-nilai pancasila, alhamdulillah tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini jauh dari sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang membaca, penulis harapkan demi kebaikan dan penyemrpurnaan penyusunan makalah ini. Namun penulis selalu berharap agar makalah ini mempunyai manfaat bagi penulis maupun orang lain.


Surabaya, 09 September 2014

Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Budaya atau kebudayaan secara entimologi berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang kemudian diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan atau dapat pula diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kataculture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya yang ada ini terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,bahasa, perkakas, pakaianbangunan, dan karya seniBahasa, sebagaimana jugabudaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan budaya Indonesia telah dimulai sejak nenek moyang kita terdahulu. Namun, beberapa tahun kebelakangan ini kebudayaan di Indonesia berada dalam masa yang mengecewakan dimana banyak budaya kita yang lepas dari genggaman kita.



1.2           Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Budaya  Pesta Lomban di Jawa Tengah?
2.      Nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam Budaya Pesta Lomban?
1.3        Tujuan Masalah
1.       Mendeskripsikan perkembangan kebudayaan di Indonesia.
2.      Mendeskripsikan nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam suatu budaya



BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Budaya Pesta Lomban di Jawa Tengah
Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara.
Pesta Lomban atau dikenal juga dengan nama oleh masyarakat setempat sebagai Bakda kupat dan Bakda lomban adalah pesta masyarakat nelayan di wilayah Kabupaten Jepara dalam bentuk sedekah laut. Namun kini sudah menjadi milik keseluruhan masyarakat Jepara, bukan nelayan saja. Pesta ini merupakan puncak acara dari Pekan Syawalan yang diselenggarakan pada tanggal 8 syawal atau 1 minggu setelah hari Raya Idul Fitri yang dirayakan di banyak daerah di Jawa Tengah.Pusat perayaan ini berada di Pantai Kartini, Jepara, namun bisa juga disaksikan di Ujung Gelam, Pantai Koin, Karimunjawa, serta beberapa tempat yang di tentukan sebelumnya.
Nama bakda kupat diperoleh dari kebiasaan meramaikan acara ini dengan memasak kupat dan lepet. Kebiasaan ini sebenarnya ditemukan pula di Pekalongan dengan tradisi membuat lopis raksasa.
·         Etimologi
Istilah Lomban oleh sebagian masyarakat Jepara disebutkan dari kata “Lomba-lomba” yang berarti masyarakat nelayan masa itu bersenang-senang melaksanakan lomba-lomba laut yang seperti sekarang masih dilaksanakan setiap pesta Lomban, namun ada sebagian mengatakan bahwa kata-kata lomban berasal dari kata “Lelumban” atau brsenang-senang. Semuanya mempunyai makna yang sama yaitu merayakan hari raya dengan bersenang-senang setelah berpuasa Ramadhan sebulan penuh.
·         Kegiatan
Bunyi petasan yang memekakkan telinga dan peluncuran “Peluru” kupat dan lepet dari satu perahu ke perahu yang lain. Saat “Perang Teluk” berlangsung dimeriahkan dengan gamelan Kebogiro. Seusai pertempuran para peserta Pesta Lombang bersama-sama mendarat ke Pulau Kelor untuk makan bekalnya masing-masing. Di samping makan bekalnya situasi di Pulau Kelor tersebut ramai oleh para pedagang yang juga menjual makanan dan minuman serta barang-barang kebutuhan lainnya. Selain pesta-pesta tersebut, para nelayan peserta Pesta Lomban tak lupa lebih dahulu berziarah ke makam Encik Lanang yang dimakamkan di Pulau Kelor (pulau kelor sekarang sudah bergabung dengan daratan pulau Jawwa yang kini pulau tersebut menjadi kawasan wisata Pantai Kartini). Sebelum sore hari Pesta Lomban berakhir penonton dan peserta pulang ke rumah masing-masing.
Pesta Lomban masa kini telah dilaksanakan oleh warga masyarakat nelayan Jepara bahkan dalam perkembangannya sudah menjadi milik warga masyarakat Jepara. Hal ini nampak partisipasinya yang besar masyarakat Jepara menyambut Pesta Lomban. Dua atau tiga hari sebelum Pesta Lomban berlangsung pasar-pasar di kota Jepara nampak ramai seperti ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ibu-ibu rumah tangga sibuk mempersiapkan pesta lomban sebagai hari raya kedua. Pedagang bungkusan kupat dengan janur (bahan pembuat kupat dan lepet) juga menjajakan ayam guna melengkapi lauk pauknya.
Pada saat pesta Lomban berlansung semua pasar di Jepara tutup tidak ada pedagang yang berjualan semuanya berbondong-bondong ke Pantai Kartini. Pesta Lombang berlangsung sejak jam 06.00 pagi dimulai dengan upacara Pelepasan Sesaji dari TPI Ujungbatu. Upacara ini dipimpin oleh pemuka agama desa Ujungbatu dan dihadiri oleh Bapak Bupati Jepara dan para pejabat Kabupaten lainnya. Setelah dilepas dengan do’a sesaji berupa kepala kerbau ini di”LARUNG” ke tengah lautan, pelarungan sesaji ini dipimpin oleh Bupati Jepara.



·         Susunan Acara

Susunan acara dalam pesta lomban, yaitu:
Ø  Pada H+6 Lebaran
1.      Pukul 15.00 WIB ziarah ke makam Cik Lanang dan Mbah Ronggo
2.      Pukul 20.00 WIB selamatan nelayan dan wayangan semalam suntuk di TPI Ujungbatu
Ø  Pada H+7 Lebaran
1.      Pukul 06.30 WIB larungan kepala kerbau di TPI Ujungbatu
2.      Pukul 08.00 WIB pesta lomban di Pantai Kartini Jepara

Pesta Lomban dimulai sejak pukul 06.00 WIB dengan upacara Pelepasan Sesaji ke pantai. Dalam sesi ini, ritual dipimpin oleh  pemuka agama. Sesaji yang dilarung berupa kepala kerbau, kaki, kulit, dan jeroannya dibungkus dengan kain putih. Sesaji lainnya berisi sepasang kupat dan lepet, bubur merah putih, jajan pasar, arang-arang kambong (beras digoreng), nasi yang diatasnya ditutupi ikan, jajan pasar, ayam dekeman dan kembang boreh (setaman). Semua sesaji tersebut diletakkan dalam sebuah ancak kemudian dilepas atau dilarung ke tengah lautan dengan doa sesaji.
Di tengah laut setelah sesaji dilepas, beberapa perahu nelayan berebut mendapatkan air dari sesaji itu kemudian disiramkan ke kapal mereka dengan keyakinan kapal tersebut akan mendapatkan banyak berkah saat mencari ikan nantinya. Ketika berebut sesaji juga akan dimeriahkan dengan tradisi perang ketupat dimana antarperahu saling melempar ketupat. Pesta Lomban dimeriahkan pula dengan tarian tradisional gambyong, langen beken, dan pertunjukan seni dan budaya Karimunjawa lainnya. 
Untuk menyaksikan acara menarik ini, Anda dapat mengunjungi Ujung Gelam, Pantai Koin, Karimunjawa, serta beberapa tempat yang di tentukan sebelumnya. Acara ini digelar setiap hari ke-7 setelah Idul Fitri oleh masyarakat Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah.
Lomban merupakan acara pesta tahunan masyarakat Karimunjawa yang amat sayang untuk dilewatkan. Masyarakat sekitar sangat antusias saat menyaksikan lomba perahu dayung, panjat pinang, tarik tambang, dan lainnya. Ada juga penyembelihan kambing untuk di masak dan di makan bersama-sama. Di dalam tradisi pesta lomban juga mengandung nilai-nilai edukatif (pendididkan). Adapun nilai-nilai pendidikan dari tradisi pesta lomban yaitu: nilai ketuhanan, nilai silaturahmi dan kekeluargaan, nilai kegotong-royongan, nilai rekreasi, dan menjaga keseimbangan dengan alam. Masyarakat dapat melestarikan budaya dari daerahnya sendiri atau menjaga tradisi ini daerahnya agar tidak punah, sehingga nilai-nilai pendidikan yang terdapat di dalamnya dapat disosialisakan melalui tradisi tersebut.
Maksud dari upacara pelarungan ini adalah sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Allah, yang melimpahkan rizki dan keselamatan kepada warga masyarakat nelayan selama setahun dan berharap pula berkah dan hidayahnya untuk masa depan.Tradisi pelarungan kepala kerbau ini dimulai sejak Haji Sidik yang kala itu menjabat Kepala Desa Ujungbatu sekitar tahun 1920. Upacara pemberangkatan sesaji kepala kerbau yang dipimpin oleh Bapak Bupati Jepara, sebelum diangkut ke perahu sesaji diberi do’a oleh pemuka agama dan kemudian diangkat oleh para nelayan ke perahu pengangkut diiringi Bupati Jepara bersama dengan rombongan. Sementara sesaji dilarung ke tengah lautan, para peserta pesta lomban menuju ke “Teluk Jepara” untuk bersiap melakukan Perang Laut dengan amunisi beragam macam ketupat dan lepet tersebut.
Selanjutnya dengan disaksikan ribuan pengunjung Pesta Lomban acara “Perang Teluk” berlangsung ribuan kupat, lepet, kolang kaling telur-telur busuk berhamburan mengenai sasaran dari perahu ke perahu yang lain. “Perang Teluk” usai setelah Bupati Jepara beserta rombongan seusai melarung sesaji kepala kerbau merapat ke Pantai Kartini dan mendarat di dermaga guna beistirahat dan makan bekal yang telah dibawa dari rumah. Di sini para peserta pesta lomban dihibur dengan tarian tradisional Gambyong dan Langen Beken dan lain sebagainya.
Puncak keramaian sendiri berlangsung di Pantai Kartini yang sekarang lebih dikenal dengan sebuta Taman Rekreasi Pantai Kartini, yang mampu menyedot pengunjung lebih dari 40.000 orang wisatawan. Di sini pula berlangsung berbagai macam lomba masyarakat nelayan Jepara, seperti : lomba dayung, lomba perahu hias, lorotan di atas air, dan aneka lomba lainnya.



2.2.         Nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam Budaya Pesta Lomban
Dari upacara pelarungan ini adalah sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Allah, yang melimpahkan rizki dan keselamatan kepada warga masyarakat nelayan selama setahun dan berharap pula berkah dan hidayahnya untuk masa depan.
Tradisi pelarungan kepala kerbau ini dimulai sejak Haji Sidik yang kala itu menjabat Kepala Desa Ujungbatu sekitar tahun 1920. Upacara pemberangkatan sesaji kepala kerbau yang dipimpin oleh Bapak Bupati Jepara, sebelum diangkut ke perahu sesaji diberi do’a oleh pemuka agama dan kemudian diangkat oleh para nelayan ke perahu pengangkut diiringi Bupati Jepara bersama dengan rombongan. Sementara sesaji dilarung ke tengah lautan, para peserta pesta lomban menuju ke “Teluk Jepara” untuk bersiap melakukan Perang Laut dengan amunisi beragam macam ketupat dan lepet tersebut.
Selanjutnya dengan disaksikan ribuan pengunjung Pesta Lomban acara “Perang Teluk” berlangsung ribuan kupat, lepet, kolang kaling telur-telur busuk berhamburan mengenai sasaran dari perahu ke perahu yang lain.
Selajutnya kita dapat memperoleh contoh nilai nilai dasar pancasila yaitu:
1.      Ketuhanan yang maha esa
Dalam sila petama pada pancasila ini, dapat diambil nilai-nilai dasar tentang ketuhanan.Melalui pesta lomban yang merupakan prosesi atau tradisi yang dianggap sebagai hari raya ke dua setelah idul fitri. Ini ditunjukan sebagai gabungan antara rasa syukur terhadap Allah SWT atas hasil laut yang mereka peroleh. Dan juga merupakan rasa suka cita setelah hari raya idul fitri. Hal tersebut menandakan bahwa masyarakat jawa tengah melakukan tradisi “Pesta Lomban” merupakan wujud implementasi terhadap nilai pancasila khususnya pada sila yang pertama.



2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab
  Dalam sila kedua pada pancasila,dapat diambil nilai-nilai dasar tentang kemanusian. Pesta Lomban mengajak seluruh lapisan golongan masyarakat di daerah tersebut dapat berpartisipasi dalam acara tersebut tanpa memandang latar belakang masyarakat. Tentunya hal ini mencerminkan isi dari pancasila sila ke 2
3.      Persatuan Indonesia
Tradisi pesta lomban yang dilakukan oleh masyarakat jawa tengah tepatnya di kota jepara. Mengajak seluruh masrakat untuk memperlihatkan kontribusinnya demi kelancaran jalannya prosesi pesta lomban agar sesuai dengan yang diharapkan.
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawaratan perwakilan
Tradisi pesta lomban dapat terlaksana juga karena adanya rasa saling menghormati dari masyrakat kota lain di sekitar jawa tengah seperti Rembang,Semarang,Tuban memilikki rasa empati terhadap tradisi pesta lomban jadi di daerah tersebut dapat terlaksana dengan baik.
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
Tradisi pesta lomban tersebut juga mencakup seluruh lapisan masyarakat karena bukan sesaji saja tetapi masyarakat juga mendapat makanan yang digunakan dalam acara tersebut jadi seluruh warga masyarakat harus memperoleh bagian seberapa kecilpun bagiannya. Juga dalam segi doanya pun diatas namakan sebagai rasa suka cita semua masyarakat agar diberikan rizki yang melimpah.




BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada pembahasan di atas maka kesimpulan yang dapat dipaparkan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
Pertama,  rakyat Indonesia yang pluralistik merupakan kenyataan, yang harus dilihat sebagai aset nasional, bukan resiko atau beban. Rakyat adalah potensi nasional harus diberdayakan, ditingkatkan potensi dan  produktivitas fisikal, mental dan kulturalnya.
Kedua, tanah air Indonesia sebagai aset nasional yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Rote, merupakan tempat bersemayamnya semangat kebhinekaan. Adalah kewajiban politik dan intelektual kita untuk mentransformasikan “kebhinekaan” menjadi “ketunggalikaan” dalam identitas dan kesadaran nasional.
Ketiga, diperlukan penumbuhan pola pikir yang dilandasi oleh prinsip mutualisme, kerjasama sinergis saling menghargai dan memiliki (shared interest) dan menghindarkan pola pikir persaingan tidak sehat yang menumbuhkan eksklusivisme, namun sebaliknya, perlu secara bersama-sama berlomba meningkatkan daya saing dalam tujuan peningkatan kualitas sosial-kultural sebagai bangsa.
Keempat, membangun kebudayaan nasional Indonesia harus mengarah kepada  suatu strategi kebudayaan untuk dapat menjawab pertanyaan, “Akan kita jadikan seperti apa bangsa kita?” yang tentu jawabannya adalah “menjadi bangsa yang tangguh dan entrepreneurial, menjadi bangsa Indonesia dengan ciri-ciri nasional Indonesia, berfalsafah dasar Pancasila, bersemangat bebas-aktif mampu menjadi tuan di negeri sendiri, dan mampu berperanan penting dalam percaturan global dan dalam kesetaraan juga mampu menjaga perdamaian dunia”.
Kelima, yang kita hadapi saat ini adalah krisis budaya. Tanpa segera ditegakkannya  upaya “membentuk” secara tegas identitas nasional dan kesadaran nasional, maka bangsa ini akan menghadapi kehancuran­
3.2        Saran
Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang terbentuk dari berbagai macam kebudayaan suku dan agama sehingga banyak tantangan yang selalu merongrong keutuhan budaya itu tapi dengan semangat kebhinekaan sampai sekarang masih eksis dalam terpaan zaman. Kewajiban kita sebagai anak bangsa untuk tetap mempertahankannya budaya itu menuju bangsa yang abadi, luhur, makmur dan bermartabat.



DAFTAR PUSTAKA

3 komentar:

  1. wah ternyata budaya jawa tengah bagus juga Thanks ya info nya

    BalasHapus
  2. Terimah kasih sudah mampir ke blog saya, emng budaya indonesia bagus tak luput dari itu jawa tengah mempunyai budaya yang juga bagus..

    BalasHapus